Bagaimana Sejarah Perkembangan LSM Di Indonesia

 Lembaga Swadaya Masyarakat

Sejarah perkembangan LSM di Indonesia diawali dengan tujuan memperjuangkan nasib masyarakat miskin. Pada era 70-an, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) muncul dan memberi warna terhadap strategi pembangunan indonesia.

LSM tampil sebagai penganjur pembangunan alternatif yang didasari keyakinan ‘bahwa masyarakat memiliki potensi”, terutama pada masyarakat miskin (baik di kota maupun di desa).

Di era reformasi, LSM turut berperan sebagai pengontrol kebijakan pemerintah, sebut saja seperti ICW (Indonesian Corruption Watch), GOWA (Government Watch), dan YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. APA SEBENARNYA LSM ITU???

Lembaga Swadaya Masyarakat (Non Governmental Organization) NGOs merupakan organisasi yang bertujuan untuk mengembangkan pembangunan di tingkat Grassroots (akar rumput) masyarakat miskin, biasanya melalui penciptaan dan dukungan terhadap kelompok-kelompok swadaya local.

Perkembangan LSM di Indonesia


Secara garis besar perkembangan dan bentuk LSM di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Tahun 60an


pada masa ini ada dua bentuk LSM : Organisasi primordial grassroots LSM jenis ini mengacu kepada kepentingan kelompok kecil (khususnya golongan miskin) dan dilandasi kepentingan bersama (afiliasi keagamaan atau kekerabatan dekat).

LSM jenis ini merupakan organisasi rakyat, dengan struktur organisasi longgar, berukuran kecil, bersifat local, terpencar, kurang terorganisir dan mengacu kepada kelangsungan hidupnya. Kepemimpinannya bersifat tradisional.

Organisasi amal, fenomena kelas menengah Tujuan organisasi ini adalah mengumpulkan dana dari masyarakat untuk di sumbangkan kepada kaum miskin, cacat fisik maupun mental, dalam bentuk makanan, obat-obatan dan uang.

2. Akhir 60an dan awal 70an


Pada masa ini lahir LSM jenis baru dengan semangat gelora pembangunan dan upaya mempropagandakan semangat membangun. Mulai disadari bahwa masalah kemiskinan tidak bisa diatasi dengan penyediaan makanan atau obat-obatan.

Mulai disadari bahwa perbaikan hidup golongan miskin akan sangat tergantungng pada kemampuan mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan.

Organisasi pembangunan setempat berskala kecil dikelola oleh kelas menengah dan menekankan program pembangunan terpadu dan berskala kecil memalui prakarsa di bidang kesehatan, pertanian, industry kecil, teknologi tepat guna dan sebagainya.

Strategi perjuangan dilandasi upaya untuk memajukan kemandirian dan keswadayaan masyarakat dalam menghimpun sumber daya dari dalam maupun dari luar masyarakat setempat, menyusun rencana untuk menanggulangi masalah tersebut. Contoh, LBH, PKBI, Bina Desa, Walhi, YLKI.

3. Pada awal 1980an


Pada masa ini bangkit kesadaran yang lebih besar tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, serta perlu dicari terobosan untuk mengadakan perombakan social secara damai dan demokratis.

Organisasi kemasyarakatan yang berorientasi pada perubahan struktur dan kelembagaan di bidang ekonomi, politik dan social. Sejumlah masalah yang mendapat perhatian adalah kemiskinan structural, bantuan hukum, monopoli, sentralisasi dan lain-lain. Contoh, GOWA, ICW, dan UPC.

Dalam waktu yang bersamaan timbul jenis LSM lain lagi yaitu LSM yang memperoleh bantuan dari pemerintah dan perusahaan multinasional.


Bagaimanakah Kondisi Peran LSM Indonesia Masa Kini


Berkaitan dengan Bagaimana Kondisi Peran LSM Indonesia masa kini, Peter Hannam telah melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Bentuk Bangunan Alternatif Pengalaman LSM di Indonesia” penelitian ini mencoba melihat bagaimana LSM menjalankan peranya.

Hasil penelitian menunjukkan hal sebagai berikut:

1. Kurang Perhatian


Pada umumnya, LSM di Indonesia cenderung kurang memberi perhatian kepada pekerja lapangan, insentif kurang sementara beban kerja para pekerja lapangan terlalu berat. Kondisi ini menyebabkan komunikasi kurang lancar.

Pihak LSM kurang memperhatikan laporan kerja dari pekerja lapangan. Hal ini, dapat mengakibatkan pekerja lapangan akan memilih keluar dari lembaga, dan informasi ke atas akan terhambat.

2. Semakin Tua Semakin Turun


Manakala sebuah LSM semakin bertambah usianya, semangat individu yang tergabung dalam LSM cenderung menurun. Komunikasi semakin tersentralisir.

Gagasan-gagasan yang dilontarkan cenderung tidak up to date. Kalaupun ada yang tetap bersemangat biasanya adalah pimpinan LSM itu sendiri. Sementara pekerja lapangan biasanya kurang bersemangat karena mereka bergabung hanya demi memperoleh pekerjaan saja.

3. Semakin Kecil Semakin Efektif


Efektivitas biaya hanya berlaku pada LSM kecil, dimana LSM dapat bekerja walaupun dana yang tersedia kecil.

4. Semakin Profesional Semakin Jauh


Setiap LSM yang baik akan maju dan berkembang menjadi kelompok professional dalm bidangnya. LSM ini akan mengakan konsultasi, pelatihan, yang membuat LSM semakin bekerja sebagai organisasi yang top down. Kondisi ini menyebabkan jarak LSM dengan kaum miskin semakin jauh.

5.Semakin Dekat Semakin Tidak Leluasa


LSM mampu bekerja sama dengan pemerintah. Contohnya lurah diminta dukungannya untuk mendirikan koperasi. Hanya saja keterlibatan pihak pemerintaha dalam proyek LSM dapat menimbulkan masalah, dimana proyek yang akan direncanakan akan dikooptasi sehingga LSM tidak leluasa menjalankan misinya.

Proyek akan diarahkan sesuai dengan kepentingan kaum elit (pemerintah), sementara kaum miskin terabaikan. Kecenderungan semacam ini sudah semakin Nampak, dimana pada akhirnya LSM tidak independent lagi dalam menjalankan tugasnya.

Oleh: Dra. Mazdalifah MSi
Share this article :
+
Terbaru
« Prev Post
Lawas
Next Post »
Disqus
Blogger
Pilih Sistem Komentar Yang Anda Sukai

No comments